Chapter 35 Api Lilin

 

 

-Mengalihkan Mata Mereka ke Rumah Tuhan Selanjutnya, Teito dan temannya.-

 

Setelah meninggalkan rumah Hausen di distrik keenam, saat ini Teito dan Frau juga Capela menuju rumah Tuhan selanjutnya di distrik kelima. Mereka masih menggunakan kendaraan yang sama seperti yang sebelumnya. Suasana disekitar juga mulai mendingin, entah mungkin akibat dari memasukinya musim dingin di wilayah itu.

 

“Capella, Kau ingin makan siang dengan apa hari ini?” tanya Frau yang tengah fokus mengemudikan kendaraan mereka.

 

“T-Toffy apple!” jawa Capella penuh semangat sambil menatap Frau yang tengah tersenyum saat mendengar jawaban yang dilontarkan oleh Capella.

 

“Hey, itu makanan manis.” Protes Frau dengan nada bercanda yang tidak lucu sama sekali.

 

“Jika kau tidak makan dengan benar, kau akan menjadi cebol seperti dia.” Sambungnya sambil menyindir Teito yang duduk di belakangnya.

 

“Apa beruang itu tidak apa-apa?” tanya Teito yang tak memperdulikan apa yang mereka berdua bicarakan.

 

-Menggenggam dengan tangan ini-

-Tanpa memutar punggungku dari cahaya-

 

Tanpa Frau sadari, seekor beruang tengah mengejar mereka. Dan tanpa berpikir panjang lagi, Teito melompat dari kendaraannya dan membuat sebuah bola energi yang dikelilingi oleh zaiphon miliknya dan menghantamkannya pada beruang itu. Setelah sedikit masalah itu, mereka kembali melanjutkan perjalanan mereka dan beberapa saat  kemudian mereka memutuskan untuk berhenti dan membuat api unggun untuk menghangatkan mereka.

 

“Berapa lama lagi agar kita sampai ke distrik kelima?” tanya Teito memecah keheningan diantara mereka.

 

“Kalau tidak salah, kita akan sampai disana besok sore, karena pasukan militer tahu wajahmu, maka kita akan mengambil jalan melewati gunung.” Jawab Frau.

 

“Nii-chan, benda yang kau gunakan untuk melawan beruang itu luar biasa! Benda apa itu?” tanya Capella yang beringsut kearah Teito dengan wajah yang begitu berseri dan sangat tertarik akan apa yang telah Teito lakukan tadi.

 

“Ini Zaiphon. Capella, apa ini pertama kalinya kau melihat zaiphon?” tanya Teito yang kembali membuat sebuah bola energi di tangan kanannya dan menunjukkannya pada Capella

 

“Bisakah aku melakukannya juga?” tanya Capella penuh harap dan dengan sedikit semburat merah di pipinya.

 

Sementara itu, Frau tengah memberi makan tulang pada seeokor anjing yang berada tak jauh darinya.

 

“Zaiphon adalah sumber kehidupan yang dimiliki oleh apapun yang ada di dunia ini, dengan kata lain, zaiphon adalah energi. Bunga, pohon, dan juga Capella, semuanya memiliki zaiphonnya sendiri.” Teito menjelaskannya penuh kasih.

 

“Bahkan aku juga punya itu?” tanya Capella lagi.

 

“Jika perasaanmu difokuskan pada energi itu, itu bisa digunakan secara bebas. Berikan tanganmu.” Pinta Teito sambil memperlihatkan tangannya yang tengah dikelilingi oleh zaiphon milikya.

 

“Zaiphon ini dibuat dari kata ‘cinta’” ucap Teito sambil melepas sebuah zaiphon dari telunjuknya dan menjatuhkannya tepat di kepala Capella.

 

“Wah  . .  ehehehe, ini sangat halus dan hangat.” Ucap Capella dengan senyum diwajahnya.

 

“Lalu ini,” Teito menggantungkan ucapannya, tatapannya juga seketika menjadi sendu seperti sebelumnya. Dia kembali membuat sebuah zaiphon yang mengintari telunjuknya dan kemudian mendekatkannya pada Capella.

 

“Dari kata ‘Benci’” sambungnya.

 

“…!! Ini menyakitkan, aku tidak bisa menyentuhnya..” seru Capella yang merasa sedikit kesakitan saat mencoba menyentuh zaiphon itu.

 

“Zaiphon pada dasarnya dibagi tiga tipe. Yang pertama zaiphon yang lembut, ini dikenal dengan zaiphon penyembuh. Orang dengan tipe zaiphon ini bisa menyembuhkan luka dan bisa berbagi zaiphonnya dengan orang lain. Yang kedua, tipe yang menimbulkan rasa sakit. Ini biasa dikenal sebagai zaiphon tempur, mereka dengan zaiphon ini memiliki kemampuan untuk menyerang musuh mereka dan melindungi diri mereka sendiri dari serangan yang diarahkan pada mereka. Tipe yang ketiga, adalah zaiphon tipe terakhir yang dikenal sebagai zaiphon manipulasi, tetapi tipe ini sangat istimewa dan langka.” Teito kemudian menunjuk sebuah bunga yang berada tak jauh dari mereka.

 

“Contohnya, mereka dengan zaiphon tipe manipulasi bisa memindahkan bunga disana dengan kehendak mereka. Itu terbentuk dan menyelaraskan dengan zaiphon milik bunga tersbut. Bunga tersebut bisa dipindahkan sesuai kehendaknya, hmm ini cukup sulit. Kenapa kau tidak coba praktikkan zaiphon yang menimbulkan rasa sakit dulu?” ucap Teito yang mengelus pucuk kepala Capella penuh kasih.

 

Dan pada akhirnya Teito mulai melatih Capella bagaimana cara untuk memunculkan sebuah zaiphon, sedangkan Frau hanya duduk diam memperhatian mereka berdua.

 

“Hey hey, itu tidak akan keluar kalau begitu caranya. Kau harus menjaga kekuatannya dengan lembut seperti sesuatu yang penting, jadi tenanglah.” Ucap Teit yang berusaha menenangkan Capella.

 

‘Capella… pastinya kau hadiah yang diberikan Tuhan padaku. Itulah mengapa, selama kita bersama, aku akan mengajarimu semua yang bisa aku ajarkan.’ Batin Teito yang sedari tadi melihat Capella serius berlatih.

 

Guuuk gukkk tiba-tiba terdengar suara gonggongan anjing yang mengalihan perhatian Teito juga Frau.

 

“Nii-chan, ada apa?” tanya Capella.

 

Mereka menyusuri jalan mengikuti suara gonggongan anjing itu. Dan mereka sampai pada sebuah tempat yang merupakan rumah peristirahatan terahir atau kuburan.

 

“Jadi sisi lainnya adalah kuburan.” Gumam Teito.

 

Sementara Frau sudah berjongkok dan mengelus-elus anjing itu.

 

“Anjing itu, kasihan, apa dia tinggal dikuburan ini?” tanya Teito yang mendekat bersama Capella.

 

“Apa kau bisa melihat ini?” tanya Frau yang sedang dijilat oleh anjing itu. Teito yang ditanya langsung terkejut saat tahu apa yang Frau maksud.

 

“Nii-chan, anjingnya dimana?” tanya Capella yang celingukan mencari keberadaan anjing itu yang tak bisa dia lihat.

 

“Bagaimanapun, kau segera ingin kembali ke surga huh? Ini adalah kuburan orang-orang yang gagal ditangkap oleh kor. Itulah kenapa anjing ini tetap menjaga makam ini bahkan saat dia mati.” ‘Walaupun jiwanya kembali ke surga, harapan yang kor kabulkan itu kekal. Mungkin pemilik kuburan ini punya harapan untu selalu dilindungi.’ Frau menyentuh kepala anjing itu.

 

“Ini terus terikat dengan perasaan masternya.” Sambung Frau.

 

Teito langsung mengeluarkan Baculus miliknya dan berusaha memutuskan rantai itu. “Untuk sendirian di tempat ini!” ucapnya yang seakan paham akan kesedihan. Baculus yang dia ayunkan untuk memutus rantai yang mengingkat anjing itu tak dapat dia sentuh.

 

“!! Rantai ini, tidak bisa terpotong dengan baculus!?” gumam Teito pelan.

 

“Baculus bisa memurnikan kor atau  perang, tetepi untuk menghapus harapan yang dikabulkan itu tidak bisa.” Sabit yang tersembunyi di tangan Frau muncul perlahan.

 

Woooosshhhhh sabit itu menghancurkan rantai itu hanya dalam sekali tebasan ringan yang Frau lakukan.

 

“Aku sudah bilangkan kalau rantai itu perasaan masternya.” Ucap Frau begitu pelan.

 

Perlahan anjing itu menghilang dan berubah menjadi bulu-bulu halus yang membumbung ke langit.

 

‘…. Walaupun saat itu kami berdua, sejujurnya aku sangat senang. Aku mengerti tentang perasaan tidak penting tentang keinginan untuk “Kekal”, karena itu tidak pernah tercapai. Karena, aku tahu manusia adalah mahluk yang lemah.’ Teito dapat mendengar kata hati yang dimiliki oleh anjing itu. Dia melihat anjing itu yang terus menghilang hal itu mengingatkannya pada kejadian di rumah Hausen.

 

Saat itu, Teito membawa sebuah lampu yang hanya menerangi dirinya. Di hadapannya ada seorang ibu Xinglu yang tengah menangis dalam kegelapan.

 

“Itu tidak menyala lagi Xinglu.” Ucapnya parau karena tangis yang tak henti-hentinya.

 

“Tenang saja, ayo pergi bersama ibu.” Sahut Teito sambil mengulurkan tangannya padanya.

 

“Tidak, ini sunyi.” Sahutnya sambil meraih uluran tangan Teito dan berjalan mengikutinya.

 

‘Ibu, kenapa kau tidak disisiku? Aku sedih, jangan pergi.’ “Ibu kesepian Xinglu.” Ucapnya sambil menatap Teito sendu.

 

‘Tidak, ana ini bukan lagi anak kecil. Terima kasih, anak muda.’ “Jangan lupa, aku akan selalu ada disini.” Perlahan dirinya tersenyum bahagia dan seketika cahaya menyelimutinya dan tersenyum penuh kasih pada Teito sebelum akhirnya dia menghilang.

 

“Hey Frau.” Panggil Teito saat itu setelah anjing itu menghilang.

 

“Saat aku merasakan kesepian dan kepiluan orang, itu menjadi rasa sakit disini. Aku pasti masih lemah.” Ucapnya sambil mencengkram dadanya.

 

“Tidak, itulah yang membuatmu baik.” Sahut Frau dengan senyum samar di wajahnya.

 

Wajah Teito memerah seketika dan meneriaki Frau. “Aku . .  Aku tidak sebik itu! Jangan mengatakan sesuatu yang memalukan itu!” serunya.

 

“Kita berangkat.” Frau menggendong Capella di pundaknya juga Burupya mengabaikan ucapan Teito.

 

“Ada apa?” tanya Frau lagi saat melihat Teito terdiam dan mencengkram kepalanya.

 

“Di rumah Hausen itu, aku bertemu ayah lagi. Sejak saat itu, aku merasa sedikit sakit kepala.” Sahut Teito.

 

DeG!! Teito tak lagi mendengar Frau dan juga Capella yang memanggil-manggil namanya.

 

*****

 

-Ini adalah –

 

Di taman kerajaan Raggs, beberapa tengah berada disana. Empat orang pria, seorang anak kecil dan juga seorang pelayang perempuan.

 

“Ini salad.” Ucap Teito kecil sambil memberikan sebuah piring yang berisikan sebuah jamur kepada empat orang yang ada di hadapannya dengan wajah berseri.

 

“Uaaaa . . . baru-baru ini, pangeran menjadi pelayan setia, bukankah begitu?” ucap Fia Kruez yang menatap Teito tak kalah berserinya.

 

“Ohhh!! Ini hanyalah sesuatu yang memukau, jamur hidup!!” seru yang lainnya.

 

“Hewan buas berbahaya juga sudah kalah, hmm.” Sahut yang lainnya dengan bintang-bintang di sekelilingnya.

 

“Apa aku harus makan sesuatu yang seperti ini!?” teriak yang lainnya.

 

“Menyerahlah, Mark-dono. Ini adalah keinginan pangeran.” Fia Kruez menenangkan pria yang tadi berteriak.

 

“Kau tidak bisa melakukannya, ruez-dono!!” bantahnya lagi.

 

“Bagi kita untuk memiliki jamur beracun, dengan hormat aku akan memakan pemberian pangeran!!” sahut Kruez begitu histeris dan hendak memakannya.

 

“Woooahh, kau bertindak terlalu gegabah, Kruez-dono.” Seru yang lain menghentikan apa yang hendak Kruez lakukan.

 

Tap tap tap . . terdengar langkah kaki yang mendekati mereka, perlahan tapi pasti.

 

“Kruez-sama, Calan-sama, Acas-sama, Mark-sama. Perwakilan dari kerajaan Barsburg sudah tiba di ruang tamu merah.” Ucapnya memanggil ke empat orang yang merupakan orang penting di kerajaan Raggs.

 

“Ahh, jadi sudah waktunya.” Sahut Kruez santai, namun tidak dengan ekspresinya dan juga tatapan dirinya. Bukan hanya Kruez, namun semuanya memiliki ekspresi dan tatapan yang tak dapat diartikan.

 

“Pangeran, maafkan kami.” Ucap mereka serentak sambil berlutut di depan Teito.

 

-Semuanya dapat bagian-

 

“Kalau begitu, makanan ringan.” Tawar Teito masih begitu riang.

 

“Aku akan menjaga pangeran.” Ucap seorang pelayan yang berdiri di belakang Teito. Setelah itu, mereka pergi meninggalkan Teito dan pelayan itu.

 

‘Sekarang, sekarang.’ Gumam wanita yang berpakaian serba hitam yang berdiri di sekitar semak-semak dekat dengan keberadaan Teito. Sudut bibirnya terangkat membuat sebuah sringai di wajah yang tertupi oleh tudung itu.

 

Teito bermain menjauh dari pengawasan pelayannya itu, dan duduk lemas karena sedih.

 

“Ada apa?” tanya wanita bertudung itu menghampiri Teito.

 

“Aku tidak bisa menemukannya, bunga yang ingin kuberikan pada ayah. Ibu sedang sakit, jadi ayah selalu memasang wajah sedih. Karena dia suka bunga merah, jika aku memberikannya sebuah bunga, dia akan lebih bahagia.” Jawab Teito begitu polosnya.

 

“Kalau begitu, aku akan memberimu beberapa yang baru mekar,kemarilah.” Ajak wanita itu sambil mengulurkan tangannya yang disambut dengan riang oleh Teito.

 

“Sungguh? Terima kasih.” Ucap Teito bahagia.

 

Wanita itu membawa Teito ke sebuah ruangan tertup yang hanya ada sebuah perapian disana.

 

“Anan baik… mirip seperti perempuan itu. Aku akan memberitahumu sesuatu yang bagus, alasan mengapa dia bersedih semua itu adalah salahmu.” Ucap wanita itu.

 

“Salahku?” tanya Teito membeo.

 

“Hanya wanita itu yang menjadi pewaris, karena aku tidak bisa. Anak selir harus selalu berjalan dibali bayangan. Ini tidak bisa dibenarkan jia besok kau akan diumumkan pada seluruh rakyat sebagai ahli waris yang sah. Kalau saja kau tidak dilahirkan, aku pasti masih dicintai!” seru wanita itu pada Teito yang terlihat begitu ketakutan.

 

‘Menakutkan, ayah selamatkan aku, aku takut.’ Batin Teito, suaraya seakan tercekat dalam tenggorokannya.

 

“Aku benci kau!!” teriaknya seperti orang kesetanan.

 

‘Panas, punggungku sakit, menyakitkan.’ Batin Teito yang kini terulai tak berdaya dengan air mata yang sudah mengalir keluar dari mata indahnya.

 

“Hahh hahh, aahhhh, apa yang aku lakukan?!!” teriak wanita itu saat melihat keadaan Teito yang tak berdaya.

 

“Ratu, jika kau menyiksa pangeran sejauh itu, dalam hal ini mungkin kau juga akan mati.” Ucap sebuah suara yang entah dari mana asalnya.

 

“Kau, apa yang kau katakan?” tanya wanita yang tak lain adalah Ratu kerajaan Raggs itu sendiri.

 

“Mungkin saja kabur dari kejahatan ini, dengan menjadi budakku jika kau akan melakukan apa yang aku katakan kepadanya.” Ucap suara itu lagi.

 

“Apa kau mengancamku!!” seru sang Ratu kesal.

 

“Aku bisa membuat mayat pengganti, kehidupan ratu bisa diselamatkan jika pembantu dituduh melakukan kejahatan. Dan sebagai gantinya, berikan anak itu padaku.” Sahut suara itu lagi.

 

****

 

Deg!! Teito membuka kedua kelopak matanya secara paksa, nafasnya juga tak teratur, buliran keringat mengalir dari keningnya.

 

‘Tadi itu mimpi…? atau itu ingatanku?’

 

Teito menolehkan kepalanya dan mendapati Capella tidur di sebelahnya begitupun dengan Burupya. Dia memeluk mereka untuk menenangkan pikirannnya lagi, dan detik berikutnya,  dia terbangun dan menyadari ada yang aneh.

 

“Dimana aku?” tanyanya saat dia mendapati dirinya ada di dalam ruangan yang begitu banyak boneka serta beberapa baju ganti yang tergantung rapi.

 

To be continue

 

chapter 01 Melarika Diri

-Now with These Hand-
-Ring The Bell and Towards the Future-

Kerajaan Bersburg
Wilayah 1

Sebuah bangunan menjulang tinggi. Begitu elit dan megah. Berdinding kaca.. Ya. Bangunan ini adalah Academy Militer Kerajaan Bersburg.
[Sejak tahun 315 lalu, yang terhormat pimpinan Academy Militer Kerajaan Bersburg]
[Kami adalah pasukan elit yang berpotensi dan terpilih untuk menjadi benteng Bersburg. Dan kami, semua akan bekerja sama untuk menjadi seorang pejuang yang tidak akan membawa malu kerajaan.]

Para siswa berkeliaran di tempat itu. Mereka mengenakan seragam kemiliteran kerajaan Bersburg. Di sebuah lorong seorang pria tua berpakaian ala petinggi Militer tengah berbicara dengan seseorang yang memakai baju putih di tambah sebuah jubah. Bajunya tak beda jauh dengan guru Militer. Rambut putihnya agak panjang. Rambut Di sisi kanan dan kirinya diikat ke depan. Pandangannya begitu ramah.

“Shinri kun selalu kelihatan gagah. Saya harap dia tidak jauh beda dari anak keluarga Oak yang terhormat.”

Pria tua itu membicarakan seorang siswa yang tampak begitu perfect. Rambut kuningnya begitu licin, dan wajahnya terlihat begitu menjanjikan.

“Saya juga mendengar siswa Tahun ini mengalami peningkatan yang tinggi.” Dia kembali bersua sambil melihat para siswa yang berlalu lalang.

“Anda benar, sebanyak 500 orang disini mengambil ujian, hanya 20 orang yang bisa lulus.” pandangan pria berambut putih itu terfokus pada seorang siswa berambut coklat. Siswa yang selalu terlihat dingin.

“Dan pasti ada seorang siswa yang akan menjadi favorit ketua Miroku.” Ucapnya dengan senyuman tertuju pada murid itu.

Beberapa murid yang ada disana langsung berbisik mengenai murid itu.

“Hei lihat.. Dia selalu memasang wajah suntuk.”
“Whahahaha .. Selamat pagi Young Master Teito Klein.” Sapa mereka pada murid itu.

Mereka terus saja mengejeknya. Namun Teito tetap memasang wajah datarnya.

“Hei .. Apa dia bisa diandalkan di kelas nanti??”
“Oi oi oi jangan begitu.. Bisa saja dia mengambil posisimu ”

*gwhahahahaha*

[berisik!] Teito mempercepat langkahnya.

“Apa kau sudah tau jika dia akan dijadikan seorang budak??” Langkah Teito terhenti.
“Aku tidak tau.. Apa kau serius??” Guratan otot nampak di dahi Teito.

[Dasar bajingan!! berhentilah mengata-ngataiku. Aku dengar dengan jelas perkataan kalian di sini.]

PLAAKK….

Seorang murid berambut kuning gelap menepuk pundaknya. Cengiran lebar nampak di wajahnya. Murid itu memiliki bekas luka silang di pipi kanannya.

“Yoo! Selamat pagi Young Master yang terkenal.”

DDUUUAGH

Sebuah bogem mentah tepat mengenai pipi kirinya.

“Diamlah Mikage!!” Teito tgerlihat begitu kesal. Wajah datarnya sudah hilang.
“Ughh.. Kau tau ini aku?” Tanya murid yang dipanggil Mikage itu sambil mengusap pipinya. Dia tidak marah pada kelakuan Teito, malah dia Tertawa.

“Bagaimana aku tidak tau, kau kan temanku.” Jawab Teito, tampangnya kembali datar. Namun sedetik kemudian.

“Argh! Tidak!! Fokus-fokus!!” Serunya sambil mengacak rambutnya dengan kedua tangan.

Dia terlihat begitu frustasi. Mikage memasang tampang kebingungan melihat temannya itu. Tangan kanannya berkacak pinggang. Tangan kirinya memegang sebuah map, sama seperti yang dibawa Teito.

“Hei… Ada apa dengan mu? Apa kau baik-baik saja?” Melihat tingkah Teito, Mikage jadi khawatir padanya.

Teito Klein tidak punya teman satu pun selain Mikage. Seluruh murid di Acedemy selalu mengejeknya, namun dia tidak pernah mempedulikannya. Dia selalu menatap mereka dingin. Hanya Mikage yang dapat menjebol dinding tinggi yang ada dalam hatinya.

“Hei hei hei.. Ayo makan siang denganku.”
“Kau makan siang dengan orang yang salah!” Serunya pada Mikage yang terlihat easy going itu.
“Jika kau makan siang dengan ku, kau juga akan dikatakan manusia hina.” Tambahnya lagi dengan wajah datarnya.

Mereka berjalan beriringan. Teito dengan wajah suntuknya dan Mikage dengan wajah periangnya.

“Itu kata-kata yang aku benci.” Mikage menjawabnya cuek.

Teito hanya bisa menghembuskan nafasnya. Dia tidak pernah menang berargumen dengan Mikage.

***

Di ruang kelas Achademy tengah berlangsung proses pembelajaran. Kursi guru nampak lebih rendah dari kursi muridnya. Pola kursi itu semakin kebelakang tempatnya semakin tinggi. Nampak di depan mereka seorang guru berpakaian militer putih dilengkapi dengan jubahnya. Rambutnya yang terikat rapi, tengah memberi arahan pada murid tercintanya.

“Dengarkan semua! Kepala Eksklusif pasukan akan ada disini besok untuk melihat ujian kelulusan. Tolong tunjukkan hasil ujian yang baik selama kalian berada disini.” Suaranya begitu tegas dan menggema di ruangan itu. Tatapannya penuh harap.

“Mereka datang untuk melihat hasil ujianmu Shinri..” Celetuk salah satu diantara mereka.
“Itu tidak benar.”

Yang dipanggil Shinri mengelak, namun wajahnya berkata lain.

“Mereka akan menerimamu sebagai salah satu prajurit.” Tambah yang lainnya. Namun perhatian tiba-tiba terfokus pada Teito yang duduk di barisan depan.

“Ngomong-ngomong Teito Klein, kau tidak pernah terlihat hadir dalam pelajaranku.” Sang guru setengah membungkuk kearahnya dan melihatnya dengan tatapan gembira.
“Saya dibebaskan untuk tidak mengikuti pelajaran umum.” Dia menjawabnya tanpa intonasi.
“Hanya anjing peliharaan Miroku yang dapat begitu.” Shinri kembali mengejeknya, tangan kanannya dia tadahkan.
“Itu kan setingkat dengan dia.” Jawab yang lainnya.

wuzzzz… Syuutt.

Sebuah majalah tiba-tiba berada di tangan Shinri. Shinri yang melihatnya langsung terbelalak.

“Sensei.. Shinri kun membawa majalah dewasa.” Seru Mikage yang tangannya masih sedikit menujuk buku itu.

Ya, itu adalah ulahnya. Dia memanipulasi kekuatannya menjadi angin. Senyum kemenangan tampak diwajahnya. Shinri pun mendapat omelan gurunya itu. scane beralih di tempat yang keseluruhan dindingnya adalah kaca. Mereka bisa melihat pesawat yang berlalu lalang. Mikage dan Teito berdiri di dekat kaca itu.

“Jika kita lulus nanti, kita akan diterima sebagai salah satu prajurit pertahanan Benteng Horsbrug.” Mikage tengah menatap pesawat yang hilir mudik di luar sana.

“Aku juga akan berjuang untuk kerajaan dan untuk melindungi keluargaku.” Sambungnya lagi.

Tak ada respon dari Teito. Samar-samar mereka mendengar pembicaraan murid yang lain.

“Benarkah di setiap ujian pasti ada siswa yang meninggal?”
“Ya.. Itu benar, dan paling tidak pasti ada yang masuk ke rumah sakit.” Mendengar hal itu Mikage gemetaran.

“Akhh… Aku benci rumah sakit. Kalau begitu pada saat pertarungan aku ingin menang dan tidak akan di masukkan kesana besok.” Wajah Mikage benar-benar pucat pasi mendengar hal itu.

Teito hanya menghela napas melihat tingkah teman satu-satunya ini.

***

Sore itu Teito dan Mikage tengah berlatih tanding menggunakan zaipon di suatu tempat di Academy itu.

[Zaipon adalah kekuatan yang diberikan oleh para dewa yang dikendalikan dengan tangan, itu memungkinkan seaeorang yang menggunakannya dapat memanipulasi kedalam berbagai bentuk kekuatan. Para pengguna kekuatan ini begitu langka.]

“Ayolah Mikage, lebih serius.” Seru Teito yang dapat menghindari zaipon yang di lepaskan Mikage.

Tangan kirinya menjentikkan beberapa kali dan rangkaian kata zaipon mengelilingi pergelangan tangannya. Namun Mikage lebih dahulu melancarkan sebuah zaipon dari atas.

WUzzzhh DDHuarrr

Teito menangkisnya dengan tangan kosong. Dia menyeringai. Disekelilingnya nampak berlubang membentuk sebuah kalimat.

“Kau pikir serangan seperti itu dapat melumpuhkanku?” Sindir Teito meremehkan Mikage.
“Kau pikir kekuatanku hanya begitu saja?” Mikage menjawabnya tak kalah sinis.
“Kalau begitu akan kutunjukkan kemampuanku yang lainnya.” Teito melemparkan sebuah zaipon yang berdaya penghancur lebih kuat sebelumnya.

WUUZZHHH DHUARRRRR

Zaipon itu meledak, namun Mikage masih dapat menghindarinya.

“Khu.. Dia begitu menyeramkan.” Gumam Mikage.

***

Kesokan paginya. Semua peserta ujian sudah berkumpul di ruangan yang begitu besar. Di sana juga terdapat sebuah ruangan khusus yang terbuat dari kaca super tebal. Seorang wanita berpenampilan ala anggota militir tingkat dua tengah memegang sebuah daftar di tangan kirinya. Wajahnya selalu tersenyum.

“Okay, hari ini semuanya akan mendapatkan ujian akhir. Silahkan bentuk menjadi 30 kelompok. Dan masuklah keruangan uji.” Wanita itu mengucapkannya sambil memegang topinya. Dia memberikan waktu bagi mereka untuk berkelompok.

“30 Group? apa yang mereka rencanakan?” Tanya Mikage pada Teito yang seperti biasa terlihat suntuk.

“Okay.. Dengarkan ujian akhirnya adalah team mampu bertahan dari serangan Tahanan ini.” Pintu dalam ruangan itu terbuka dan masuklah seorang tahanan yang begitu besar. Tubuhnya berotot. Sebelah Matanya tertutup. Dan kedua tangannya masih terborgol.

“Jika kalian kalah atau tidak dapat bertahan kalian dinyatakan gugur.” Para peserta ujian sudah memasuki tempat uji.

“Jangan takut dengan dia, dia hanya contoh yang telah kita terima dalam pelatihan bukan??” Ucap salah satu diantara mereka yang tubuhnya terlihat gemetar.

Srrtt..

Dia menembakinya dengan karet gelang dan tepat mengenai dahinya.

Tuukk

“Setiap tahunnya anak-anak berandal meningkat dan aku sangat menikmati hal ini.” Tahanan itu menatap tajam para peserta. Dan wajah mereka menjadi pucat pasi.
“Dia Nyata!!” seru mereka.

Hanya ada 2 orang yang terlihat begitu tenang. Mereka mebenarkan sarung tangan mereka.

“Baiklah, semuanya harus menjaga kerja sama team dan berusaha sungguh-sungguh. Jika tidak kalian semua bisa terbunuh.” Salah satu pengawas wanita memperingatkan mereka.
“Baiklah ujian dimulai.” Bersaman dengan itu borgol tahanan itu terlepas.
“Baiklah.. Mari mulai.” Ucap si tahanan yang entah dari mana dan bagaimana sudah berada di belakang para peserta.

Jduuakk.

Salah seorang peserta terlempar kebelakang daan,mengenai kaca pembatas ruangan itu. Dia terkena pukulan telak oleh tahanan itu.

“Jangan buang-buang waktu lagi. Kelompok kalian lambat seperti kura-kura” Dia kembali menyerang dan kali ini dia memukul lantai hingga remuk dan membuat beberapa peserta terlempar.
“Satu pukulanku mengenai kalian akan mengurangi hukumanku.” Serunya begitu kesenangan. Wajah para peserta menjadi tambah panik.
“Aku pernah menghajar pria sebesar dirimu.” Ucap Mikage sambil melompat menghindari serangannya.

Begitu pula dengan Teito. Tap. Teito mendarat dengan mulus dan menatap tahanan itu dengan serius.

Ta.. Tap.. Tapp. Beberapa orang menuju tempat itu. Semua orang yang disana langsung memberikan hormat kepada mereka.

“Selamat datang dan terimakasih anda berkenan hadir disini kepala Staf Ayanami.” Sambut pria tua yang ada di sana. Pria itu datang bersama orang-orang kepercayaannya.

Seorang gadis yang tak terlalu tinggi yang memiliki warna rambut pink soft serta sebelah matanya yang tertutup. Di kanannya seorang pria berambut hitam yang disisir rapi kebelakang. Di belakang seorang pria berkaca mata dan pria berambut kuning mengawal Ayanami.

“Bagaimana dengan perkembangan murid-murid tahun ini? Apa ada yang bisa diandalkan?” Tanya Ayanami sambil mengamati ujian yang berlangsung.

Dorrr,, dorr dorrr
Seseorang menggedor-gedor kaca, dia adalah Shinri.

“Tolong aku…, Dia bisa membunuhku..” Serunya ketakutan.
“Kau cuma membuat mataku sakit.” Gumam Ayanami yang melihatnya.
“Awasss!!” Seru Teito mendorong anak itu saat sang Tahanan akan menerkamnya.

“Belakangan ini bayak siswa yang menurun mentalnya.. Tidak perduli dengan hasil pelatihan mereka, yang bagus. Tapi jika mereka dihadapkan pada pertarungan nyata, hasilnya tidak sebagus pelatihan mereka. Dan itu sama saja tidak berguna.” Pengawas cantik itu memberikan penjelasan kepada Ayanami.

Kembali ke arena.

Jduaakkk

Tahanan itu terkena tendangan Mikage yang begitu kuat. Dan bersamaan dengan itu Teito sudah membuat zaipon melingkari dirinya. Mikage mendarat tak jauh dari Teito.

“Jika kau bergerak ku bunuh kau.” Teito menatapnya begitu dingin. Tangan kanannya masih mengarah pada zaipon yang dilepanya.
“A.. Akuu.. Aku menyerah.” Perlahan Teito menurunkan tangannya, namun dia terhenti saat mendengar perkataan gurunya..
“Jika kau ingin lulus kau harus membunuhnya.” Seru guru itu.
“Dia bukanlah musuh kita yang sebenarnya, jadi tidak ada alasan untuk membunuhnya.” Jawab Teto dingin.

Crrraattt

Darah memuncrat dari kepala Tahanan itu mengenai Teito juga Mikage. Para pengawas juga terkejut.

“Kau itu lambat.!” Seru Ayanami yang memenggal tahanan itu dengan Zaipon milik Teito.

‘Siapa?? siapa sebenarnya pria itu??’

“Ujian Selesai” Pengawas itu mengakhiri.

Malam itu di tempat beristirahat para siswa. Teito dan Mikage masih terjaga. Mereka menggunakan jubah tidur. Teito dengan serius membalut lengan kanan Mikage.

“Hari ini hanya 23 orang termasuk kita yang lolos.. Tadi itu begitu menyedihkan sampai aku gemetaran.”
“Ouchh.. Kita beruntung masih menerima cidera kecil sehingga kita bisa lulus ujian.” Mikage menahan sakit.

Teito hanya mendengarkannya layaknya angin yang berlalu. “Aku juga tidak habis pikir kau menolong Shinri.”

Teito sudah selesai memerban dirinya.

“Kau memang pemberani.”
“Itu kebetulan. Tubuhku bergerak sendiri.” Jawab Teito sambil menundukkan kepalanya.
“Jangan seperti itu.. Aku yakin denganmu.” Mikage malah tertawa.
“Hei Mikage.. Apa kau tau kslau aku ini seorang budak?” Teito menundukkan kepalanya.
Tatapannya terlihat sendu.

“Bukan hanya budak, aku adalah budak yang sudah disediakan untuk seseorang. Aku sudah menjadi prajurit semenjak aku kecil dahulu. Bahkan aku tidak tau bagaimana wajah keluargaku.” Teito mengingat masa kecilnya yang tak bisa ia ingat.

“Tapi sekarang aku meyakini kita adalah sahabat. Aku rasa kau juga berpikir demikian bukan Mikage.?” Teito menatap Mikage penuh harap.

Namun saat ini yang dilihatnya Mikage terlihat tercengang.

“Kyah!! kenapa kau berekspresi seperti itu??” Teito terlihat begitu kesal.

Dia mengenggam kerah Mikage dan mengguncangkang nya.

“Entahlah… Seorang jagoan mengatakan seperti itu..” Jawab Mikage sambil memegang tangan Teito. Dia menatapnya begitu hangat.
“Tapi kali ini kau mengatakan sesuatu yang membuat hatiku tersentuh. Aku benar-benar senang.”
“Ayo buat sebuah perjanjian pertemanan. Kita berjanji untuk selalu bersama apapun yang terjadi. Ayo ikuti aku..” Mikage mengulurkan tangan kanannya yang terkepal kearah Teito. Teito tersenyum dan menyambutnya.
“Aku berjanji atas nama Tuhan kita akan selalu bersama sampai mati.” Sambung Teito.
Semenjak perjanjian dengan Mikage.

Zzzzzzzzztttt

“Maafkan aku Teito, karena aku tidak bisa hadir disetiap waktumu.”

Seorang pria berpakaian seperti seorang uskup berbicara pada seorang bocah kecil.

“Kenapa kau berbicara seperti itu?” Pria itu menatap hangat bocah yang tengah berada di hadapannya.

“Suatu hari kau akan mengerti tentang apa misimu yang sebenarnya.”

‘Siapa kau’

Perlahan pria itu menjauh namun anak itu mengejarnya sampai akhirnya dia terjatuh.

***

pagi itu Teito bergegas melewati sebuah lorong dengan membawa sebuah laporan di tangannya.
‘Cih.. Aku lupa menyerahkan laporanku pada Guru Shuguri.’

“Teito Klein Grup A, anak itu memiliki bakat yang luar biasa.”

DEG!!
Langkah Teito terhenti di depan sebuah ruangan.

‘Seseorang tengah membicarakanku. ‘ Teito melihat ruangan itu sedikit terbuka, dia mumutuskan untuk mencari tahu apa yang mereka bicarakan.

“Kalau dia tetap dalam bakat yang luar biasa maka dia akan bisa menjadi – The Eye Of Mikhael-”
Di ruangan itu nampak Ayanami serta bawahannya tengah berbicara.
“Bukankah batu itu telah musnah saat kita menyerang pasukan Raggs.”

Teito terdiam di ambang pintu sambil mendengarkan pembicaraan mereka.
‘Apa ?? Apa maksud dari perkataan mereka??’

“Raphael masih bereaksi. Batu itu masih berada disekitar kita.”

JREENGG.

Ayanami mengangkat sebuah kalung namun tanpa batu di tengah kalung itu.
“Raphael Eye kemarin telah menunjukkan bahwa batu itu bukan berada di Negara Raggs. Mungkin kita telah melewati suatu daerah yang terpencil?”

“Jika ini yang asli, pasti akan bereaksi pada Raja Raggs dulu.” Ayanami menengahi perdebatan itu.

DEEGG!

Teito memegang kepalanya yang tiba-tiba terasa sakit.
“Ugh…”

Bayangan pria itu hadir kembali.

‘Kenapa..’

“Jika waktunya tiba maka kau akan mengerti dengan sendirinya.” Perkataan itu terngiang di kepala Teito.

Deggg

Mata Teito terbuka lebar.

‘Ugh.. Orang itu.. Siapa?’
Dia kembali mengingat sesuatu.

Ccrrraaassshh

Seorang pria terbaring berlumuran darah akibat sebuah tebasan mengenainya. Dia juga mengenakan kalung yang sama dengan apa yang dilihat saat ini.

“Ayah ingin meberi tahu sesuatu padamu.” Sebuah kenangan sebelum pria itu terbunuh. Mata Teito semakin terbuka lebar. Kepalanya makin terasa sakit.

‘Waktu itu.. Siapa pria disana yang menyerang dan membunuh ayahku?’

Guhh…
Uuaghh..

Teito lepas kendali. Dia hendak menyerang Ayanami. Tangan kanannya sudah dikelilingi zaipon. Wajahnya dipenuhi amarah. Namun semua yang berada diruangan itu menyadari akan hal itu.

Kraakk..

Pintu itu terbuka dan Teito berlari kearh Ayanami.
“Ughh.. Kyaaaa.!!!”

Namun sebelum dia menggapai Ayanami, dia sudah di hentikan oleh pria berkaca mata.

Grreeeppp Tinggg..

Pria berkaca mata itu menindih Teito ke lantai dengan lututnya. Pedangnya yang tak bersarung berada tepat di depan Teito. Tangan kanan Teito terjulur ke depan sedangkan tangan kirinya dipluntir ke punggungnya. Wajah Teito masih dipenuhi amarah.

Sssrrrtttt

“Jangan lakukan itu. Jika kau bergerak maka ku bunuh kau.!” Ucapnya sambil menggores lantai.
Teito terus menatap Ayanami penuh kebencian. Ayanami bangkit dari tempatnya dan mendekati Teito. Dia menatap Teito dengan tatapan membunuhnya.

“Kenapa kau ingin menyerangku?”
“Aku baru ingat, kau adalah budak yang kami dapat dari Negara Raggs.” Ayanami kembali terdiam.

“Bawa dia ke dalam penjara Tahanan. Jika dia mengetahui sesuat buat dia lupa dengan segalanya.” Itulah keputusan yang dia buat. Mikage yang berdiri tak jauh dari ruangan itu segera pergi meninggalkan tempat itu.

‘Jika mereka mengetahuiku, pasti mereka membunuhku’.

***

Malam telah datang. Kondisi penjara tahanan benar-benar mengerikan. Semua penjaga di sana di bantai oleh seorang bocah yang tangan dan kakinya dirantai. Kemeja putih yang dikenakannya sudah lusuh. Dia tertunduk lesu. Tiba-tiba pintu penjara itu terbuka dan seorang siswa melihat hal itu begitu terkejut.

“Teito kau!!” Seru otang itu yang tak lain adalah Mikage. Teito menghadap temannya itu dan menatapnya sedih.
“Maaf, mungkin aku tidak bisa berada disini lagi. Terima kasih atas semuanya.”
Srrrtt tap tap tap tap.. Mikage meraih tangan Teito dan membawanya pergi.
“Berhenti!! Aku tidak ingin melibatkanm dalam masalah ini.!!” Teito berteriak padanya namun Mikage terus membawanya lari.
“Apa kamu ingin dibunuh!! Dasar Bodoh!! DIAMLAH!!” Mikage membentak Teito.
“Siapa pun yang menentang Ayanamu pasti akan mati!! Untuk itu kita harus segera meninggalkan tempat ini Sejauh mungkin. Jangan berfikir kalau ini adalah salah.” Sambung Mikage.

-Ini adalah takdir Tuhan-
‘Tolong lindungi Mikage’

“Teito kita tidak punya banyak waktu. Kau harus dengarkan aku.” Kini suaranya terdengar pelan.

Mereka sampai disebuah beranda dan disana sudah ada handwikel (Semacam sepeda motor, namun lebih besar dan bisa terbang). Para penjaga sudah berhasil mengejar mereka.

sreettt..

Teito membalik Mikage dan menjadikannya sebagai sandra.

“Jika kalian bergerakakan ku bunuh dia.” Suara Teito terdengar begitu datar dan dingin. Sontak para prajurit itu mundur.

“Aku tidak ingin membuatmu menjadi seorang kriminal Mikage.” Ucapan itu bagaikan sebuah bisikan yang hanya dapat didengar oleh Mikage.
“Kita akan selalu menjadi teman bukan??” Sebuah pertanyaan meluncur dengan sendirinya dari mulut Teito.
“Tentu..” Jawaban Mikage begitu pelan. Teito menggenggam erat tangan Mikage.
“Pergilah..” Imbuh Mikage. Teito terdiam sejenak dan langsung melempar Mikage kearah para prajurit itu.

Dan dia langsung mengendarai kendaran yang ada di sana.

Drrrnnnnn…
“Kenapa ribut sekali?” Tanya Ayanami,yang berada di lantai 1.
Saat mendengar bunyi itu dia melihat keatas dan mendapati Teito tengah melarikan diri. Dia melemparkan zaiponnya dan tepat mengenai punggung Teito.

Dhuuaaarr…

Ledakan zaipon itu mengundang perhatian beberapa orang.Seorang prajurit datang melapor pada Ayanami yang masih menatap kepergian Teito Klein.

“Lapor pak. Kami tidak berfikir dia mampu merusak dinding pertahan penjara.”
“Biarkan dia pergi. Kita akan menemukannya dengan mudah.” Ayanami menjawab laporan itu kemudian meninggalkan tempat itu.

***

Distrik 7

Matahari sudah mulai menapakkan dirinya. Di sebuah lereng nampak tiga orang berpakaian hitam tengah mengendarai frenkwikel. Dua diantara mereka mengendarai tepat di jalan dan seorang lagi mengendarainya di lereng itu.

Drrrrnnn drnn drnnn

“Kalian mengendarai sangat lambat!” Seru pria berambut kuning bermata iblis kepada dua orang itu.
“Kau akan mati jika melalui tempat itu.” Jawab si rambut ungu sedikit kemerahan, dia juga mengenakan kaca mata.
“Dia bicara seperti itu karena dia sudah biasa dan itu adalah hal yang disukainya.” Si pria berambut cruel putih yang nampak baby face meresponnya sambil tertawa.

Si rambut kuning mempercepat laju kendaraannya. Sesaat dia melihat keata dan nampak sebuah frenkwikel akan menabrak lereng itu.

Dhuaarrr.. Gluduk gluduk gluduk..

Frenkwikel itu menabrak tebing itu dan membuat longsor batu. Dan bersamaan dengan itu pria itu melintasi tempat itu. Seorang bocah jatuh membentur dirinya dan membuat dia terjatuh. Kedua temannya sudah menghentikan kendaraan mereka dan berlari kearah nya. Pria itu terduduk di tanah dengan seorang bocah di pangkuannya. Dia memiliki luka bakar dipunggungnya. Kaki dan tangannya nampak dirantai.

“Kau tidak apa-apa Frau?” Tanya pria berkaca mata itu.
“Ada seorang bocah jatuh dari langit.” Jawabnya sambil menatap bocah itu.

***TBC***

07 Ghost

Image result for 07 ghost

Judul: 07-Ghost (2005)
Mangaka: Yuki AmemiyaYukino Ichihara
Status: Tamat
Genre: ActionFantasyMagicMilitary

Cerita ini berpusat pada Teito Klein, seorang anak laki-laki amnesia berusia sekitar 14-15 tahun, yang merupakan budak dan menjadi salah satu kadet di akademi militer Kekaisaran Barssburg karena keahliannya menggunakan Zaiphon. Zaiphon adalah salah satu jenis kekuatan sihir, yang mengubah daya hidup menjadi bentuk apa pun yang dikehendaki oleh pemiliknya. Kemampuan ini termasuk langka, tidak semua orang bisa memiliki dan mempelajarinya, sehingga orang yang memilikinya dianggap sebagai orang yang diberkati oleh Tuhan. Ada 3 tipe Zaiphon, yaitu tipe Offensive, Healing, dan Manipulation. Tipe Offensive memiliki kekuatan serang yang besar dan cepat; tipe Healing memiliki kekuatan penyembuh dan dapat membagi kekuatannya dengan orang lain; sedangkan tipe Manipulation tergolong langka, dan dapat memanipulasi suatu benda sekehendak hati.